Header Ads

7 Komplikasi Cedera Kepala yang Perlu Diwaspadai

Halo-sehat2023 - Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan yang kuat, pukulan, atau sentakan ke kepala atau badan. Selain itu, benda yang menembus jaringan otak, seperti peluru, juga dapat menyebabkan cedera otak traumatis.

Cedera kepala bisa bersifat ringan atau serius. Cedera yang ringan dapat memengaruhi sel-sel otak untuk sementara waktu. Sementara itu, cedera kepala yang lebih serius dapat mengakibatkan memar, jaringan robek, pendarahan, dan kerusakan fisik lainnya pada otak. Cedera ini dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang atau kematian.

Cedera kepala dapat memiliki komplikasi pada fisik dan psikologis. Terkadang efeknya muncul segera setelah terjadinya peristiwa traumatis. Namun, efeknya juga bisa muncul beberapa hari atau minggu kemudian.

Berikut adalah beberapa komplikasi cedera kepala yang paling umum.

1. Keadaan vegetatif


Kerusakan luas pada otak dapat memicu keadaan vegetatif, dikutip dari laman Mayo Clinic. Keadaan vegetatif, adalah kondisi saat seseorang kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitarnya, tetapi orang tersebut mungkin membuka matanya, mengeluarkan suara, merespons refleks, atau bergerak. 

Keadaan vegetatif disebabkan oleh kerusakan otak parah yang menyebabkan otak kekurangan oksigen, seperti serangan jantung atau pernapasan. Orang-orang dalam keadaan vegetatif membutuhkan perawatan yang komprehensif, termasuk nutrisi yang baik dan langkah-langkah untuk mencegah masalah akibat tidak dapat bergerak.

2. Ulkus tekanan


Ulkus tekanan ialah cedera lokal pada kulit atau jaringan di bawahnya, biasanya di area tulang. Ulkus tekanan dapat berkembang dalam beberapa jam setelah tekanan berkelanjutan di satu area. Ulkus tekanan cenderung berkembang karena faktor-faktor, seperti gesekan, imobilitas, tekanan, infeksi, sepsis, hingga cedera otak.

Setelah cedera kepala, jika orang tersebut tidak dapat sering-sering mengubah posisi tubuh, ini akan meningkatkan risiko kerusakan jaringan. Hal ini selanjutnya menyebabkan perkembangan ulkus tekan dengan potensi risiko infeksi terkait. Area tubuh yang paling terpengaruh oleh tekanan adalah kepala.

Dilansir laman Flint Rehab, penting untuk mengobati ulkus tekanan karena jika dibiarkan dapat menyebabkan kematian jaringan atau infeksi yang mengancam jiwa. Oleh sebab itu, untuk mencegah ulkus tekanan, penting untuk sering mengganti posisi tidur.

3. Infeksi


Meninges ialah jaringan yang mengelilingi otak dan melindunginya dari bakteri. Namun, saat otak mengalami cedera sedang hingga parah, patah tulang tengkorak, atau luka tembus, ini terkadang dapat merobek meningen.

Ketika ini terjadi, bakteri dapat masuk ke otak dan menyebabkan infeksi. Jika tidak diobati, infeksi meninges atau meningitis, dapat menyebar ke seluruh sistem saraf dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah.

4. Disfungsi pernapasan


Cedera kepala kerap diikuti dengan gangguan fungsi pernapasan. Terdapat hubungan dua arah antara fungsi paru-paru dan fungsi otak: otak membutuhkan suplai oksigen yang cukup agar dapat beroperasi dan sistem pernapasan memerlukan instruksi dari otak agar dapat beroperasi. DominoQQ

Menurut Physiopedia, hingga sepertiga pasien dengan cedera otak traumatis parah mengalami sindrom distres pernafasan akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS). Pada kondisi ini, antarmuka alveolar-kapiler mengalami peradangan, yang menyebabkan cairan dan protein memasuki ruang interstitial dan alveoli. Antara 20 hingga 30 persen orang yang mengembangkan ARDS meninggal akibat infiltrasi paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan.

5. Spastisitas


Spastisitas adalah gangguan pada pola gerakan otot yang menyebabkan otot tertentu berkontraksi sekaligus. Spastisitas dapat berkembang satu minggu setelah cedera.

Spastisitas ringan memiliki beberapa manfaat, seperti mempertahankan massa otot atau meningkatkan gaya berjalan. Namun, peningkatan tonus dan kejang otot sedang hingga berat dapat sangat memengaruhi hasil rehabilitasi, pemulihan fungsional, dan kemampuan untuk beraktivitas. Spastisitas sedang hingga parah membutuhkan protokol manajemen terstruktur.

6. Trombosis vena dalam dan emboli paru


Setelah cedera kepala, orang yang selamat rentan mengalami trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT), terutama jika orang tersebut tidak bergerak untuk jangka waktu yang lama. DVT mengacu pada pembentukan satu atau lebih gumpalan darah di pembuluh darah besar di tubuh, biasanya di kaki.

Jika sebagian bekuan pecah, ini dapat berjalan ke seluruh tubuh. Ini selanjutnya dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti emboli paru. DVT dan emboli paru adalah kondisi parah yang dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa lainnya seperti stroke.

7. Kejang


Cedera kepala dapat menyebabkan kejang tepat setelah cedera terjadi atau bahkan berbulan-bulan setelah peristiwa. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), makin parah cedera kepala yang terjadi, makin besar kemungkinan orang tersebut mengembangkan kejang.

Usia dan kondisi medis lainnya juga berperan dalam apakah seseorang mungkin mengembangkan kejang setelah cedera kepala.

Beberapa kejang menyebabkan seseorang jatuh, menangis, gemetar, atau tersentak, dan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Sementara itu, kejang lain dapat membuat orang tersebut menjadi bingung, kesulitan diajak berbicara, berkedut, atau sensasi merasakan, melihat, atau mencium sesuatu yang tidak biasa.

Komplikasi cedera kepala tidak selalu terlihat saat itu juga. Jadi, jika kamu mengalami cedera pada kepala, segera datangi fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan. Juga, tetap waspada terhadap gejala baru atau berulang dapat membantu memastikan kamu menerima perawatan medis pada waktu yang tepat.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.