Header Ads

7 Penyebab Mengantuk tetapi Tidak Bisa Tidur

Halo-sehat2023 - Tidak ada yang lebih menjengkelkan daripada merasa lelah dan mengantuk, tetapi sulit untuk bisa tidur. Padahal, kurang tidur pada malam hari dapat membuat kita kelelahan, mudah emosi, dan merasa cemas esok hari. Ini selanjutnya menyebabkan lingkaran setan berupa sulit tidur dan stres. 

Ada banyak penyebab mengantuk namun tidak bisa tidur. Memahami dan mengidentifikasi faktor-faktor ini merupakan langkah penting dalam mendapatkan tidur yang berkualitas dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

1. Tidur siang

Tidur siang pada dasarnya bukanlah kebiasaan yang buruk. Bahkan, ini memberikan banyak manfaat kesehatan. Namun, tidur siang yang tidak tepat dapat membuatmu kesulitan tidur pada malam hari.

Menurut penelitian, tidur siang yang terlalu lama dan terlalu sore dapat membuatmu membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur di malam hari, kurang tidur, dan lebih sering terbangun di malam hari

Yang terbaik adalah tidur siang selama 20–30 menit, dan tidur siang pada waktu yang sama setiap hari.

2. Stres dan kecemasan

Stres dan kecemasan memiliki dampak yang luas pada kehidupan sehari-hari, termasuk sulit tidur. Menurut studi, pada malam hari, banyak orang yang memiliki kondisi kecemasan berada dalam keadaan mental yang hiperaktif, merenung tentang masa lalu, dan memikirkan hal buruk tentang masa depan (Dialogues in Clinical Neuroscience, 2003).

Mengalami kecemasan pada malam hari dapat membingungkan jam biologis internal 24 jam atau ritme sirkadian. Akibatnya, produksi hormon kortisol dan melatonin mengalami perubahan. Perubahan fisiologis ini membuatmu terstimulasi dan waspada, yang mungkin menjelaskan mengapa kamu merasa lelah, tetapi tidak bisa tidur.

3. Insomnia

International Classification of Sleep Disorders mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan kesinambungan tidur, atau kualitas tidur yang buruk.

Ada banyak hal yang memicu insomnia, mulai dari nyeri pascaoperasi hingga kecemasan dan stres karena kehilangan pekerjaan. 

Berikut beberapa hal yang paling sering memicu insomnia kronis:

*Gen, seperti memiliki orang tua dengan masalah tidur.

*Memiliki gangguan kesehatan mental tertentu.

*Merawat bayi baru lahir.

*Kehilangan pekerjaan.

*Putus cinta.

4. COVID-19

COVID-19 dapat memicu berbagai macam gejala, salah satunya sulit tidur. Masalah ini bisa dipicu oleh stres atau respons autoimun terhadap virus.

Sebuah studi yang melibatkan 236.379 orang dengan COVID-19 menemukan bahwa sekitar 5 persen dari mereka mengalami insomnia. Hingga 10 persen dari mereka dengan infeksi parah yang memerlukan rawat inap mengalami kesulitan tidur (The Lancet Psychiatry, 2021) DominoQQ

Kesulitan tidur juga lebih mungkin dialami oleh orang yang mengalami COVID-19 dalam waktu lama. Pandemi COVID-19 sendiri dikaitkan dengan meningkatnya masalah terkait tidur. Isolasi sosial, kesulitan ekonomi, dan tantangan mengasuh anak adalah beberapa kemungkinan penyebab sulit tidur selama pandemi COVID-19.

5. Konsumsi kafein

Jika kamu terbiasa minum kopi, bisa jadi kafein di dalam kopi yang bertanggung jawab atas masalah tidur yang kamu miliki. Umumnya, kafein memiliki waktu paruh 5 jam. 

Ada studi yang menunjukkan bahwa minum 400 mg kafein 6 jam atau kurang sebelum waktu tidur dapat mengurangi kualitas tidur secara signifikan (Nutrients, 2022). Jadi, pastikan kamu menghentikan konsumsi kafein minimal 4–6 jam sebelum tidur.

6. Menggunakan perangkat elektronik sebelum tidur

Ritme sirkadian internal diatur oleh sinyal terang dan gelap. Kegelapan mengisyaratkan tubuh bahwa ini adalah waktunya untuk istirahat. Namun, menggunakan perangkat elektronik pada malam hari dapat mengganggu ritme biologis alami ini. 

Layar dan perangkat elektronik memancarkan cahaya biru, yang menekan produksi melatonin, hormon tidur. Cahaya biru yang menyilaukan dari gadget membuat otak mengira bahwa ini adalah saatnya untuk terjaga.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa konten online juga dapat merangsang dan bahkan dapat meningkatkan level stres sebelum tidur, yang dapat mengganggu waktu istirahat (Journal of Ophthalmology, 2018).

7. Depresi

Menurut sebuah ulasan ilmiah, hingga 90 persen orang dengan depresi juga mengalami tidur yang kurang berkualitas. Beberapa masalah yang banyak dilaporkan, meliputi insomnia, narkolepsi, gangguan pernapasan saat tidur, dan sindrom kaki gelisah (Journal of Cellular and Molecular Medicine, 2019).

Hubungan antara gangguan tidur dan depresi sangatlah rumit. Depresi tampaknya mengganggu ritme sirkadian. Peradangan, perubahan bahan kimia otak, faktor genetik, dan lainnya dapat memengaruhi hubungan depresi dan tidur.

Gangguan tidur bisa berdampak signifikan pada keseluruhan kesejahteraan. Jadi, jika kamu sering kesulitan tidur padahal sudah mengantuk, bicarakan dengan dokter. Dokter dapat membantu menentukan masalah mendasar dan merekomendasikan solusi sesuai kondisi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.